I’l
ny pass compare a vous
Matahari sudah sedari tadi beranjak keperaduannya, Bebby
dan Bobby berjalan menyusuri tempat yang gelap dan sunyi. Ini adalah hal yang
paling Bebby benci. Bagaimana tidak, Bebby sangat membenci Bobby sejak kecil,
sebenarnya karena hal sepele dan itupun sudah terjadi lima tahun yang lalu
namun entah kenapa Bebby tak bisa menghilangkan rasa benci itu. Dan sekarang
mereka terjebak di tempat misterius ini. Berdua!
Mulanya mereka mengikuti acara tahunan yang diadakan
sekolah, yaitu study tour. Namun ketika menjelang sore tadi, Bebby tidak
sengaja melihat kelinci lucu yang sedang berlari kearah hutan, karena tertarik
Bebby mengikutinya namun kelinci tersebut terus berlari. Bebby yang waktu itu
kaki kirinya sedang luka tak mampu berjalan lebih cepat dari biasanya hingga ia
terus berusaha mengejar kelinci itu.
Tanpa sengaja ternyata Bobby sedang memperhatikannya
hingga menguntitnya dari belakang. Hingga pada akhirnya Bebby tak mampu
mengambil kelinci tersebut dan malah tersesat jauh dari rombongan. Beruntung
ada Bobby yang datang menghampirinya, meskipun mereka sama-sama tidak tahu
jalan pulang, setidaknya Bebby cukup aman.
“huuu… huuu” nafas Bebby mulai terengah engah
Bobby menoleh dengan tatapan cemas, bagaimana tidak?
Mereka sudah berjalan kurang lebih 4 kilometer namun hasilnya tetap nihil.
“Ini semua gara-gara kamu !” ucap Bobby memecah
keheningan
“A.. aku? Hello! Siapa suruh ngikutin aku? “
Dengusnya kesal. Suaranya masih saja cerewet meski dalam keadaan seperti ini
Wajah tampan dan gagahnya berubah menjadi datar.
Bobby terlihat salah tingkah. Sebetulnya dalam lubuk hati terdalam Bobby ia
menyimpan rasa istimewa buat Bebby, namun entah mengapa Bebby seperti sudah
menolaknya terlebih dahulu dengan membencinya tanpa ia mengatakan apapun
“S.. Siapa yang ngikutin kamu? I..itu tadi aku
sedang mencari.. mencari kayu bakar.. ya, kayu bakar “ sambil menggosokkan
tengkuknya untuk menghilangkan salah tingkahnya
Bebby menatapnya tajam dan menaikkan alisnya membuat
Bobby semakin salah tingkah “Yakin? Kayu bakarnya mana?” tanya Bebby menyelidik
wajah cantiknya tidak surut sedikitpun meski sudah terlihat lelah dan tidak
fresh
Bobby tak menjawab. Hening. Melihat hal itu Bebby
hanya mengejeknya dengan mencibir. Tak tahu dari mana asalnya rasa benci itu,
tumbuh hingga mereka dewasa.
Sinar yang sedari tadi mereka harapkan akhirnya
tempak juga. Ya, sinar rembulan meski tidak terlalu terang setidaknya mereka
bisa saling menatap wajah dengan jelas. Tidak seperti sebelumnya yang terlihat
hanyalah pakaian mereka.
“hfftt.. aku lelah, aku mau duduk dulu. Kalau kamu
mau lanjut silahkan aja. Luka kaki ku kalau dipaksakan akan parah nantinya”
kata Bebby rasa juteknya sepertinya memang sudah mendarah daging bila di
hadapan Bobby. Ia kemudian duduk di batang pohon yang sudah tumbang.
Bobby ikut duduk sebentar disebelah Bebby “Oke kalau
gitu aku mau lanjut jalan ” ucap Bobby sambil beranjak dan menyeringai
“ Silahkan…” ucap Bebby menyolot
“Kamu tidak takut?” Godanya
“Kalau mau pergi, pergi sana jangan nakut-nakutin ”
ucapnya sebal sambil manyun
“Oke, untuk informasi aja, ini adalah malam Jum’at
Kliwon lohh.. dimana kata orang..”
“Stop… “ potong Bebby segera beranjak ketakutan.
Bobby tidak bisa menahan tawanya ia langsung tertawa terbahak bahak
“Dasar Hidung
Belang..” ucap Bebby sambil menyenggol lengan Bobby
Bobby paling tidak suka jika sudah disebut hidung
belang oleh Bebby, bagaiman tidak, hidung belang adalah sebutan untuk laki-laki
yang suka mempermainkan cewek. Padahal kenyataannya Bobby tak pernah berpacaran.
Tanpa ekspresi Bobby melangkah mendekat Bebby dan dan
menarik Bebby untuk duduk lagi bersama. Ini adalah pertama kalinya Bebby sedekat ini duduk
dengan seseorang dan anehnya dadanya berdegup kencang.
“Kamu boleh panggil aku apa aja sesuka mu…” ucapnya
sambil terus menatap Bebby
Bebby yang merasa tidak nyaman dengan posisi ini
segera mendorong Bobby.
“ Ia, contohnya bebek, katak, kecoa..” Bebby
mencibir. Bisa-bisanya ia seperti itu meski dalam keadaan seperti ini.
“Hmmfhh..” jari Bobby menutup mulut Bebby.
Seketika Bebby terdiam.
“Kamu tau nggak, aku paling tidak suka di panggil
Hidung belang..” Bebby menaikkan alis. Namun kini mulutnya tidak menjawab
“Karena yang ada dihati ku cuma kamu Beb.. tidak ada
wanita manapun, bagaiman bisa kau memanggilku hidung belang?” ucap Bobby.
Membuat Bebby menatap nanar wajah tampan itu
Speechless
Mereka terdiam cukup lama, melihat kaki Bebby yang
sudah pegal membuat Bobby ingin memijitnya.
“Kamu tidak perlu mengatakan apa-apa mengenai itu
tadi..” ucapnya sambil memijit kaki Bebby “Anggap saja kamu tidak
mendengarnya”lanjutnya
Bebby menolak pijitannya, namun lengan kokohnya
menahannya untuk diam dan akhirnya diam menuruti
“Kamu mau tau nggak kenapa aku sering memanggil kamu
hidung belang?” tiba-tiba dihati Bebby sudah hilang rasa benci dan rasa selalu
ingin marah bila melihat Bobby.
“Kenapa?”
“Waktu itu ketika umur kita sekitar 12 tahun dan
saat itu pula aku sangat membencimu. Bobby yang dulu tampan, berani, baik yang
membuat siapa saja yang melihatnya suka. Saat itu aku sangat menyukaimu,
sampai-sampai aku yang ingin menembak kamu duluan. Namun aku harus mengalahkan
banyak cewek. Melihat hal itu aku jadi pesimis. Ketika itu aku belum mengerti
apa-apa, setahuku, orang yang sering bermain dengan banyak cewek adalah laki-laki
hidung belang, maka dari itu aku memanggilmu hidung belang”
Bobby terenyuh dan berhenti memijit kakinya dan
berbalik menatap Bebby lagi namun kini sorot matanya penuh dengan keteduhan dan
membuat Bebby seakan terhipnotis.
“Ha ha ha.. “Tawanya membuyarkan lamunan Bebby. Tak
disangka tatapan yang membahana itu berubah seketika
“Kenapa ketawa “ Bebby melotot sambil mencubit
pinggang Bebby
“Aw.. aw.. maaf “ tawanya terhenti
“Bebby, justru dari dulu aku ingin sekali menyatakan
cinta padamu. Namun kamu selalu disibukkan dengan rasa benci mu itu kepadaku.
Bagaimana mungkin aku memintamu menjadi pacarku sementara dirimu diliputi rasa
benci. Namun sekarang aku sudah tahu alasannya, kenapa enggak dari dulu aja ku
nanya kenapa kamu sering panggil aku hidung belang” ucapnya sambil sesekali
melirik kearah Bebby yang menunduk malu
“Justru rasa suka itu selalu aku tutupi dengan rasa
benci agar aku benar-benar tidak memiliki rasa padamu. Namun semakin lama ini
tidak akan berhasil dan malah semakin bertambah” ucapnya tanpa memandang Bobby
Bobby memandang mesra Bebby yang masih tertunduk
lelah sekaligus malu “Kamu mau nggak jadi PACARKU” ucapnya dengan nada
penekanan pada kata pacarku
Bebby hanya mengangguk dan menunduk lagi-lagi karena
malu. Betapa senag dan bahagianya hati Bobby kala itu wajah tampannya tersenyum
tulus pada Bebby
Deru angin menambah udara menjadi dingin, beberapa
derap langkah terdengar dari kejauhan menambah suasana menjadi mencekam suara itu
semakin lama semakin mendekat dibareng dengan sebuah cahya lampu petromak yang
semakin lama menampakkan bahwa itu adalah beberapa teman dan guru mereka berdua
Tanpa sadar mereka lupa bahwa mereka sedang tersesat
di jalan. Senyum bahagia dari keduanya kini terkembang. Beberapa orang sangat
mengkhawatirkan mereka dan beruntunglah mereka telah bertemu rombongannya.
Bobby dan Bebby ikut bergabung. Tak disangka
terjebak di tempat seperti ini membuat mereka mengetahui apa isi hati dari
keduanya. Sungguh tak disangka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar